Kamis, 02 April 2009

“Your scene is a piece of shit, nothing more, nothing else”

Sudah beberapa tahun ini saya dan temen-temen saya yang seru sangat giat dalam pengorganisiran gig untuk band local maupun luar yang sedang tur, buat saya ini adalah menyenangkan. Bercanda, marahan, sewot, girang, tegang adalah hal yang biasa kita lewatin. Emang dasar semuanya based on nyaman, jadi ya seneng-seneng aja yang ada.

Di sini saya cuma mau kasih liat tulisan temen saya yang berjudul “Your scene is a piece of shit, nothing more, nothing else” karena buat saya tulisan ini jadi penyemangat buat saya terus untuk bikin hal yang seru dengan teman-teman saya yang seru juga tentunya.

Baiklah silahkan membaca

“Your scene is a piece of shit, nothing more, nothing else”

Suatu hari saya mendapat sebuah pertanyaan tentang apa itu arti moshing buat saya dan bagaimana dengan mosh pit di acara-acara di Jakarta, apakah sering terjadi banyak perkelahian tidak penting seperti mosh pit acara HC/Punk di kotanya? Pertanyaannya tadi akhirnya saya jadikan topik tulisan sumpah serapah saya kali ini.

Pertama, moshing. Saya tidak pernah moshing, setidaknya dalam definisi moshing di scene HC/Punk yang ada di sekitar saya. Saya tidak pernah mempercayai siapapun di dalam sebuah acara yang saya datangi selama ini untuk bisa meyakinkan saya kalau saya moshing seperti teman-teman lelaki saya lainnya, saya akan saya senangnya seperti mereka. Tidak, saya sudah terlalu sering melihat dan mendengar perlakuan para lelaki di acara-acara yang saya datangi selama ini kepada yang namanya perempuan. Tidak usah perempuannya manggung, perempuannya datang menonton acara saja pasti ada saja pandangan-pandangan dan perilaku ‘yang memanfaatkan’ dari lelaki-lelaki yang ada di acara tadi. Tidak, saya tidak pernah menerima perlakuan buruk apapun selama ini di atas panggung, di bawah ataupun di acara. Tapi apakah kamu mesti merasakan jarimu sungguhan terpotong dengan pisau untuk tahu kalau terpotong pisau itu sakit?

Jadi saya tidak bisa menjawab pertanyaan kamu tentang moshing tadi,kawan. Karena saya tidak pernah sekalipun melakukannya walaupun beberapa kali pernah hampir saja melakukannya. Iya, hanya sampai di kata ‘hampir’. Mungkin suatu hari saya akan bisa melakukannya dengan sepenuh hati, suatu hari nanti. Atau kalau nyali saya untuk melakukannya sudah bertambah dari hari ini. Karena moshing sama seperti halnya manggung dan ngeband bareng atau bahkan membuat zine di scene HC/Punk ini, adalah bagian dari sebuah kegiatan yang membutuhkan dukungan dan kepercayaan dari teman-teman kamu lainnya. Setidaknya menurut saya ya! Sekarang bagaimana saya mau bilang misalnya moshing itu sebuah kegiatan yang menyenangkan kalau saat moshing saya melihat banyak teman perempuan saya yang diperlakukan seperti seonggok daging di pasar?

Pertanyaan kedua, saya sebelumnya mesti menjelaskan kepadanya kalau scene HC/Punk saya di Jakarta kecil sekali. Jumlah orangnya tidak banyak dan itu-itu saja, tapi saya bahagia. Saya merasa kalau pertemanan kami lebih dari sekedar kesamaan selera musik dan band yang sama, kecintaan kami yang besar pada DIY HC/Punk, atau ketertarikan kami menciptakan jalur komunikasi dengan scene HC/Punk di luar kami, tapi kami juga suka makan-makan, jalan-jalan, main scrabble, nonton film dan bergosip serta melakukan hal-hal yang menyenangkan lainnya bersama-sama. Ini membuat hubungan kami dekat bukan lagi karena kami anak DIY HC/Punk tapi karena kami merasa kami memiliki pemahaman dan rasa hormat atau respect yang kurang lebih sama diantara kami sebagai manusia. Artinya, kami tidak lagi sekedar melihat seberapa DIY, atau seberapa ngetop dan sering manggungnya band mereka atau bahkan seberapa ‘terkenal’nya mereka di scene HC/Punk itu sendiri karena kami sudah tidak lagi menganggap itu semua penting bagi pertemanan kami.

Nah, sekarang kalau bicara acara-acara yang kami buat, biasanya tidak terlalu besar. Kecil malah, kecuali memang kami ada dana dan kesempatan buat mempersiapkan sebuah acara besar. Tapi di acara ini kami senang karena dari mulai awal membuat acara hingga acara selesai kami memiliki alur kerja yang kami sepakati bersama dan kami nyaman melakukannya. Kami tidak pernah memilah atau memilih mereka yang sesuai dengan persyaratan kami, tapi kami hanya mengajak mereka yang bisa menerima dan menghargai aturan main dan cara kerja yang kami buat. Itu saja yang penting, karena memang itu yang menurut kami menjadi pengikat komitmen kami semua untuk melakukan sesuatu bersama-sama. Kalau memang mereka tidak bisa melakukannya seperti aturan main kami, ya tidak usah kami ajak. Akibatnya memang lingkaran kami tidak pernah besar, itu-itu saja. Tapi setidaknya kami nyaman dan bahagia di dalamnya untuk melakukan banyak hal yang kami ingin lakukan tanpa adanya kekhwatiran ataupun tekanan-tekanan yang tidak perlu.

Tidak, scene kecil kami juga tidak selalu persis seperti yang kami harapkan, tapi setidaknya kami memiliki rasa kepercayaan besar terhadap lingkaran kecil teman-teman kami ini. Kami bisa saling mengandalkan walaupun sering kecewa dan saling marah misalnya, tapi kami bisa membicarakannya bersama maupun antar dua orang. Bukan dengan saling mengumpat di belakang ataupun kemudian menjauh tanpa jelas penyebabnya seolah pertemanan ini tidak penting. Iya, saya percaya keberanian kita untuk jujur menjadi diri sendiri membutuhkan sebuah lingkaran pertemanan yang kuat rasa saling menghargainya. Kami semua belajar bersama, hanya saja kami memilih dengan siapa kami belajar daripada sekedar cuma jadi bagian dari sesuatu yang terdengar besar tapi sebenarnya sangat tidak penting dan dangkal belaka di dalamnya.

Dan yang penting juga walaupun saya tidak pernah moshing di dalamnya, saya tahu kalau mosh pit di acara-acara kami biasanya memang sangat menyenangkan. Tidak ada yang mabuk mabuk lalu mosh pit dengan tidak tahu diri hingga membuat yang lainnya ngeri atau bahkan melukai dan menyulut pertengkaran di mosh pit. Oh, tentu saja ada yang pernah sampai giginya patah atau matanya membiru terkena ujung sepatu mereka yang sedang diangkat untuk stage dive tapi tidak ada yang marah lalu mengobrak abrik mosh pit dan acara hingga mesti dibubarkan. Bahkan saya pernah melihat seorang teman perempuan saya mosh dengan serunya di salah satu acara yang kami buat dan tidak ada satupun perlakuan negatif yang dia terima. Betapa bangganya saya dengan scene kecil kami ini!

Saya memang di Jakarta, tapi saya tidak akan pernah tahu seperti apa scene Jakarta itu sendiri karena saya memang memilih untuk membuat scene saya sendiri. Scene yang memang tidak besar, tapi saya bisa berkeringat, tertawa dan marah dengan tulus di dalamnya bersama teman-teman saya.

Hiring venues, doing the sound, making our own shows, inviting who we want – it’s our scene where we’re not pushed around…We’re armed with a knowledge of the past.Our voices are not to be diminished.Too many of us, too linked, too wise to it all…So much to say, so simply…We’ve got a lot of work to do - not to become media stars, but to fullfill our intentions. We’ve got a lot of things to define and sharpen. (www.myspace.com/punkkalukka)

Tidak ada komentar: